Sabtu, 08 November 2014

Al-Khansa binti Amru (Ibunda Para Syuhada)

Al-Khansa
Tumāḍir binti Amru bin al-Ḥarth bin al-Sharīd al-Sulamīyah (575-645) (Arab:تماضر بنت عمرو بن الحرث بن الشريد السُلمية) atau dikenal luas dengan nama al-Khansa (Arab:الخنساء) (dari bahasa Arab yang berarti 'kijang') adalah penyair Arab abad ketujuh. Al-Khansa terlahir dalam keluarga kaya di Najd pada tahun 575. Al-Khansa lahir dan besar di wilayah Najd (wilayah tengah dari Arab Saudi saat ini). Awalnya ia bersebrangan dengan Nabi Muhammad, tapi kemudian memeluk Islam.
Pada masanya, penyair wanita hanya menyairkan elegi tentang kematian dan melantunkan untuk suku dihadapan khalayak umum. Al-Khansa mendapatkan ketenaran dan pengakuan dari khalayak umum dengan elegi untuk saudara laki-lakinya, Sakhr dan Muawiyah yang tewas dalam pertempuran. Ia dikenal sebagai penyair wanita terbaik dalam literatur sastra Arab.
Pada tahun 612, saudara laki-lakinya terbunuh oleh anggota suku lain. Al-Khansa memaksa saudara laki-laki lainnya, Sakhr, menuntut balas atas kematian Muawiyah. Sakhr terluka dalam upaya balas dendam dan tewas karena lukannya setahun kemudian. Al-Khansa berkabung dengan kematian saudaranya dengan menuliskan syair dan memperoleh ketenaran untuk syair elegi kematian untuk saudaranya.
Ia bertemu dengan Nabi Muhammad pada tahun 629 dan memeluk Islam. Nabi Muhammad sangat terkesan dengan syair dari Al-Khansa.
Al-Khansa memiliki empat orang anak: Yazīd, Muʿāwiyah, ʿAmr, dan ʿAmrah, semuanya memeluk Islam. Ia memperoleh pengakuan ketika ia bersama keempat anaknya bertempur pada Pertempuran Qadisiyyah, dimana keempat anaknya tewas dalam pertempuran.
Ketika ia mendapatkan berita keempat anaknya tewas, orang lain menduga ia akan bersedih, tapi ia mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang memberikanku kehormatan dengan kesyahidan anakku. Dan Aku berharap Tuhanku akan mempertemukanku kembali dengan anakku di surga dengan Rahmat-Nya." (Arab: الحمد لله الذي شرفني بقتلهم، وأرجو من ربي أن يجمعني بهم في مستقر رحمته)

Penyair Arab kontemporer al-Nābighah al-Dhubyānī mengatakan bahwa: "Al-Khansa adalah penyair terbaik dari kalangan Jin dan Manusia." (Arab: الخنساء أشعر الجن والإنس)
Referensi:
Ibn Qutaybahal-Shiʿr wa-al-shuʿarā’ (Beirut, 1964)
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Khansa

Al-Khansa binti Amru
Al-Khansa terkenal dengan julukan; lbu para syuhada. Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka terus terang. Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahului ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu'awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.

Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata, "Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair, orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda." Rasuluilah SAW bersabda, 'Siapakah mereka itu. Sebutkanlah namanya.' Adi menjawab, 'Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru'ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha'i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma'dikariba.' Rasuluilah SAW menukas, "Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thalib.'

Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra. menjawab, 'Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.' Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, 'Mengapa matamu bengkak-bengkak?' Khansa menjawab, 'Karena aku terlalu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu." Umar berkata, 'Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.' Sahut Khansa, 'Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.'

Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melalui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata,

'Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu. Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.'

Pemuda-pemuda itu pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia telah berkata, 'Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.' Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah.

Sumber: 
http://azharjaafar.blogspot.com/2008/08/al-khansa-binti-amru.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar